Kamis, 16 Desember 2010

STUDY MASYARAKAT SEBAGAI MEDIA PENDIDIKAN

I. PENDAHULUAN
Pendidikan erat hubungannya dengan masyarakat, sebab nantinya di masyarakatlah hasil yang di peroleh dari proses pendidikan akan di terapkan langsung oleh peserta didik. Maka, ada baiknya sebelum siswa benar benar kembali ke masyarakat sejak di sekolah perlu di terapkan studi masyarakat sebagai media pendidikan.agar nantinya setelah menyelesaikan pendidikannya di sekolah siswa tidak canggung ketika berkumpul dengan masyarakat sebenarnya.
Kaitannya dengan pembahasan studi masyarakat yang kita bahas sekarang ini banyak sekali macam macam studi masyarakat yang bisa di terapkan dalam pendidikan . Untuk lebih jelasnya akan di jelaskan dalam makalah berikut ini.

II. RUMUSAN MASALAH

A. Apa Pengertian dari Study Masyarakat dan Apa Saja Ruang Lingkup Study Masyarakat ?.

B. Apa Saja Bentuk-Bentuk Metode Study Masyarakat ?

C. Bagaimana Aplikasi Studi Masyarakat Sebagai Media Pendidikan?.


III. PEMBAHASAN
A. Pengertian Study Masyarakat dan Ruang Lingkupnya
Studi masyarakat berasal dari dua kata, “Study” dan “Masyarakat”. Study beradal dari Bahasa Inggris yang berarti belajar. Sedangkan student adalah orang yang belajar. Sedangkan masyarakat berasal dari Bahasa Arab, yang secara harfiyah berarti pergaulan. Dalam Bahasa Latin berasal dari kata “socious”,yang berubah bentuknya menjadi sosial, yang berarti apa atau segala sesuatu yang berhubungan dengan pergaulan hidup.[1]
Banyak sekali para ahli yang mendefinisikan konsep masyarakat, di antaranya, Selo Sumardjan, menurtnya, Masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama dan menghasilkan kebudayaan. Sedangkan Menurut Karl Marx, Masyarakat adalah suatu struktur yang menderita suatu ketegangan organisasi atau perkembangan akibat adanya pertentangan antara kelompok-kelompok yang terbagi secara ekonomi. Sedangkan Menurut Emile Durkheim, Masyarakat merupakan suatu kenyataan objektif pribadi-pribadi yang merupakan anggotanya. Kemudian Menurut Paul B. Horton & C. Hunt, Masyarakat merupakan kumpulan manusia yang relatif mandiri, hidup bersama-sama dalam waktu yang cukup lama, tinggal di suatu wilayah tertentu, mempunyaikebudayaan sama serta melakukan sebagian besar kegiatan di dalam kelompok / kumpulan manusia tersebut.[2]
Jadi, studi masyarakat adalah belajar tentang situasi, perilaku, maupun sistem sosial yang ada dilingkungan kita untuk di jadikan sebagai latihan dan pengalaman supaya dapat di jadikan bekal hidup bagi siswa kelak, disamping pengetahuan dan pengalaman yang telah berhasil didapat dari bangku sekolah. Dalam hal ini masyarakat masuk dan di bawa ke sekolah atau sebaliknya sekolah dibawa kedalam masyarakat. Artinya, sekolah bisa mendatangkan nara sumber ke sekolah untuk kajian, dan dapat pula masyarakat dikunjungi dan di tempati para siswa sebagai ajang pelatihan, praktek maupun pengalaman dan pengamatan.
Studi masyarakat berbeda dengan pendidikan masyarakat. Pendidikan masyarakat adalah pendidikan yang di tujukan kepada orang dewasa termasuk pemuda diluar batas umur tertinggi yang kena kewajiban belajar dan dilakukan diluar lingkungan dan sistem pengajaran yang ada di sekolah. Jadi,Studi masyarakat adalah yang belajar para siswa dengan masyarakat sebagai media, sedangkan dalam pendidikan masyarakat yang belajar adalah masyarakat itu sendiri (masyarakat di beri bimbingan dan pengarahan terhadap sesuatu).
Dari study masyarakat ini tentu anak didik diharapkan mampu mengaplikasikan ilmu yang dipeorlehnya dari sekolah untuk bekal dimasyarakat nanti sesuai dengan kompetensi yang dimiliki. Misalnya jika kita memilih untuk melakukan survei, maka siswa dapat wawancara langsung dengan masyarakat yang dikunjungui sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan, dan survei tersebut harus ditujukan kepada golongan masyarakat mana yang relevan dengan kajian pendidikan mereka.
Untuk itu, maka diperlukan metode yang tepat supaya masyarakat dapat dijadikan sebagai media pendidikan yang bermakna bagi para siswa. Kaitannya dengan ini maka harus tahu ruang lingkup pembahasan mengenai study masyarakat.[3]

B. Bentuk –Bentuk Metode Studi Masyarakat

Bentuk bentuk metode studi masyarakat yang kita kenal ada beberapa macam, namun yang akan saya bahas pada makalah ini hanya beberapa yang kiranya saya anggap penting, diantaranya sebagai berikut :
Keluarga
Sekolah
Pondok Pesantren
Karya Wisata
Survey Masyarakat
Proyek Pelayanan Kepada Masyarakat
Berkemah
Kerja Pengalaman
Museum


C. Aplikasi Studi Masyarakat Sebagai Media Pendidikan
1. Keluarga
Keluarga adalah komunitas terkecil dari masyarakat, yang didalamnya proses pendidikan berlangsung untuk pertama kalinya yang dilakukan oleh orang tua. Jadi dari bimbingan orang tua inilah akan menghasilkan pribadi-pribadi yang dapat hidup dalam masyarakatnya sambil menerima dan mengolah serta mewariskan kebudayaannya.
Keluarga merupakan masyarakat pendidikan pertama dan yang bersifat alamiah. Dalam lingkungan keluarga inilah seorang anak dipersiapkan menjalani tingkatan-tingkatan perkembangannya untuk memasuki dunia orang dewasa dalam bahasa, adat istiadat, dan seluruh isi kebudayaannya.[4]
Ada lima fungsi keluarga menurut Effendi, yaitu :
a) Fungsi Biologis
Fungsi biologis diantaranya adalah untuk meneruskan keturunan, memelihara dan membesarkan anak, memenuhi kebutuhan gizi keluarga, serta memelihara dan merawat anggota keluarga.
b) Fungsi Psikologis
Selain fungsi biologis, ada pula fungsi psikologis, yaitu memberikan kasih sayang dan rasa aman, memberikan perhatian di antara anggota keluarga, membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga, memberikan identitas keluarga
c) Sosialisasi
Fungsi sosialisasi yang dimaksud diantaranya adalah membina sosialisasi pada anak, membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan anak, dan meneruskan nilai-nilai budaya keluarga.
d) Fungsi ekonomi
Fungsi ekonomi juga dibutuhkan dalam suatu keluarga, yaitu dengan mencari sumber-sum ber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga, pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga, serta menabung untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga di masa yang akan datang (pendidikan, jaminan hari tua).
e) Fungsi pendidikan
ungsi pendidikan dibutuhkan dalam sutau keluarga salah satunya karena berhubungan dengan fungsi biologis. Fungsi pendidikan tersebut yaitu dengan menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan, ketrampilan dan membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat dan minat yang dimilikinya, selanjutnya adalah mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang dalam memenuhi peranannya sebagai orang dewasa, serta yang tidak kalah penting adalah mendidik anak sesuai dengan tingkat-tingkat perkembangannya.[5]

2. Sekolah
Sekolah adalah sebuah lembaga yang didalamnya terjadi kegiatan-kegiatan pembelajaran dan pendidikan. Disekolah inilah manusia menjalani proses selanjutnya untuk menjadi insan yang nantinya akan mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan masyarakat sekitarnya.
Tugas sekolah sebagai salah satu masyarakat pendidikan ialah untuk mempengaruhi generasi muda dengan pola-pola prilaku yang diakui dan mengikat, supaya tujuan utama dari masyarakat dapat terwujud. Dengan jalan begini masyarakat dapat meneruskan dan melangsungkan kehidupannya. Untuk dapat menjalankan tugasnya maka diadakan pengorganisasian disekolah yang masing-masing mempunyai fungsi sesuai dengan bidang masing-masing lengkap dengan tanggung jawab dan wewenangnya. Dengan jalan begitu, terbentuklah satu struktur birokrasi.[6]
Pada masa sekarang ini telah dikembangkan model studi yang berorientasi pada alam yng kit kenal dengan sekolah alam. Sekolah alam adalah sebuah model pendidikan yang berusaha mengembangkan pendidikan secara alami, belajar dari semua makhluk yang ada di alam semesta. Dalam konsep pendidikan Sekolah Alam terdapat 3 fungsi antara lain :
•Alam sebagai ruang belajar
• Alam sebagai media dan bahan ajar
• Alam sebagai objek pembelajaran
Proses pembelajaran Sekolah Alam menyandarkan pada 4 (empat) pilar
1. Pengembangan akhlak yang baik (akhlaqul Karimah)
2. Pengembangan logika dan daya cipta melalui percobaan (Expreriental Learning)
3. Pengembangan kepemimpinan dengan metode Outbond Training
4. Pengembangan kemampuan berwirausaha (Entrepreneurship)[7]

3. Pondok pesantren
Istilah pondok pesantren berasal dari dua kata yaitu pondok dan pesantren. Istilah pondok berasal dari Bahasa Arab “funduuq” (فندوق) yang berarti penginapan. Sedangkan pesantren berasal dari kata “pe-santri-an”, dimana kata "santri" berarti murid dalam Bahasa Jawa. Khusus di Aceh, pesantren disebut juga dengan nama Dayah. Didalam pondok pesantren inilah terjadi proses pendidikan yang kebanyakan menitik beratkan pada pengetahuan tentang agama, yang hanya akan didapatkan sedikit jika dilakukan diluar pesantren.. Biasanya pesantren dipimpin oleh seorang Kyai. Untuk mengatur kehidupan pondok pesantren, kyai menunjuk seorang santri senior untuk mengatur adik-adik kelasnya, mereka biasanya disebut lurah pondok. Tujuan para santri dipisahkan dari orang tua dan keluarga mereka adalah agar mereka belajar hidup mandiri dan sekaligus dapat meningkatkan hubungan dengan kyai dan juga Tuhan.
Pesantren memang pada mulanya merupakan pusat penggemblengan nilai-nilai dan penyiaran agama Islam. Namun, dalam perkembangannya, lembaga ini semakin memperlebar wilayah garapannya yang tidak melulu mengakselerasikan mobilitas vertical (dengan penjejelan materi-materi keagamaan), tetapi juga mobilitas horizontal (kesadaran curriculum). Dengan demikian, pesantren tidak bisa lagi didakwa semata-mata sebagai lembaga keagamaan murni, tetapi juga (seharusnya) menjadi lembaga sosial ). Pesantren kini tidak lagi berkutat pada kurikulum yang berbasis keagamaan (regional-based curriculum) dan cenderung melangit, tetapi juga kurikulum yang menyentuh persoalan masyarakat (society-based yang hidup yang terus merespons carut marut persoalan masyarakat di sekitarnya.[8]
Pondok Pesantren adalah lembaga pendidikan Islam tertua yang merupakan produk budaya Indonesia.Keberadaan Pesantren di Indonesia dimulai sejak Islam masuk negeri ini dengan mengadopsi sistem pendidikan keagamaan yang sebenarnya telah lama berkembang sebelum kedatangan Islam. Sebagai lembaga pendidikan yang telah lama berurat akar di negeri ini, pondok pesantren diakui memiliki andil yang sangat besar terhadap perjalanan sejarah bangsa.[9]
Sudah banyak nilai positif pesantren yang diketahui oleh masyarakat. Selain sebagai tempat belajar para santri di lingkungan pesantren (santri mondok), tak jarang para pimpinan pesantren (Kyai) juga sering berkiprah ikut membangun masyarakat di luar pesantren. Hal-hal yang dilakukan antara lain mengorganisir para jamaah sekitar pesantren untuk mengikuti mujahadah, pengajian, memperbaiki akhlakul karimah para jamaah dan sebagainya.
Para kyai dan keluarganya biasa melakukan dakwah lillahita’ala tanpa mengenal lelah dan tidak mengharapkan imbalan dengan senang hati ikut berdakwah di tengah masyarakat. Mereka dengan kepiawaiannya menjadi seorang mobilisator umat untuk lebih mendekatkan diri pada Sang Kholiq. Dan sungguh luar biasa, jamaah yang datang ribuan berduyun-duyun dengan suka rela mendatangi kegiatan seperti pengajian untuk mendengar tausiah dari seorang kyai.
Tentunya kita cukup gembira melihatnya, suatu lembaga pendidikan yang jatah APBD sedikit bahkan kadang tidak mendapatkan subsidi bisa terus melakukan fungsinya sebagai media pendidikan tanpa mengenal lelah. Banyak sekali tokoh yang lahir dari dunia pesantren. Misalkan saja KH Hasyim Muzadi, Gus Dur, Mahfud MD dan sebagainya.
Kebanyakan dunia pesantren Indonesia tidak mengedepankan sertifikasi lulusan santriwan/wati alumni ponpes tersebut. Hal ini dilakukan agar pesantren sebagai media belajar untuk menuntut ilmu pengetahuan tidak menjadi media legalitas yang hanya bisa meluluskan para santri tapi ketika santri keluar pesantren tidak bisa memberi manfaat akan ilmu-ilmunya yang telah didapat di pesantren di tengah masayarakat. Sekali lagi kalangan pesantren lebih menjunjung bahwa mencari ilmu itu wajib bagi kaum muslim bukan untuk melahirkan seseorang yang takabur dengan ilmunya.[10]

4. Karya wisata
Karya wisata atau “field trip” dalam pengertian pendidikan adalah kunjungan siswa keluar sekolah untuk mempelajari obyek tertentu sebagai bagian integral dari kurikuluum disekolah atau dengan kata lain karya wisata adalah suatu kunjungan ke suatu tempat diluar kelas yang dilaksanakan sebagi bagian integral dari seluruh kegiatan akademis dan terutama dalam rangka mencapai tujuan pendidikan.
Karyawisata pada umumnya didorong oleh motivasi: menjadi keterangan tentang hal tertentu, melatih sikap anak, membangkitkan minat anak, mengembangkan apresiasi, menikmati serta pengalaman-pengalaman baru.
Contoh aplikasi karyawisata yang berhubungan dengan pendidikan adalah:
a. mempelajari proses sosial, berpartisipasi dalam masyarakat, ikut serta dalam kehidupan, turut memelihara kesehatan, menikmati keindahan alam dan sebagainya.
b. Mempelajari masalah sosial, keluarga, hubungan antar kelompok, kesejahteraan rang tua dan lain-lain.
c. Berguna bagi lapangan akademik, kesenian, ilmu bumi, sejarah dan sebagainya.
Jadi, Karyawisata adalah kegiatan pendidikan yang realistis dan bermanfaat untuk memperoleh pengalaman langsung. Sedangkan manfaat yang dapat dipetik adalah: mendorong belajar dengan pengamatan sendiri terhadap benda, memberikan pemahaman (insight) terhadap lingkungan terdekat, mengadakan integrasi pelajaran dikelas dengan realitas dimasyarakat, memotivasi untuk melakukan penyelidikan dan penemuan baru, mengajarkan kebersamaan, memupuk dan menanamkan cinta pada alam sekitarnya dan lain-lain.[11]
Berdasarkan uraian diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam metode karyawisata terdapat kebaikan-kebaikan sebagai berikut:
a. Anak didik dapat mengamati kenyataan-kenyataan yang beranekaragam dari dekat
b. Anak didik dapat menghayati pengalaman-pengalaman baru dengan mencoba turut serta didalam suatu kegiatan
c. Anak didik dapat menjawab masalah-masalah atau pertanyaan-pertanyaan dengan melihat, mendengar, mencoba dan membuktikan secara langsung.
d. Anak didik dapat memperoleh informasi dengan jalan mengadakan wawancara atau mendengarkan ceramah yang diberikan on the spot.
e. Anak didik dapat mempelajari sesuatu secara integral dan komprehensif.
Sedangakan kelemahan-kelemahannya dari metode karyawisata antara lain:
a. Memerlukan persiapan yang melibatkan banyak pihak
b. Jika sering dilakukan akan mengganggu kelancaran rencana pembelajaran, apalagi jika tempat yang dikunjungi jauh dari sekolah.
c. Kadang-kadang mendapat kesulitan dalam bidang pengangkutan
d. Jika tempat yang dikunjungi itu sukar diamati, akibatnya siswa menjadi bingung dan tidak mencapai tujuan yang diharapkan. Misalnya, untuk mempelajari proses kimia yang dikerjakan oleh mesin dengan pengamatan saja.
e. Memerlukan pengawasan yang ketat
f. Memerlukan biaya yang relatif tinggi[12]

5. Survey masyarakat
Van dalen mengatakan bahwa, survey merupakan bagian dari studi deskriptif yang bertujuan untuk mencari kedudukan atau status fenomena dan menentukan kesamaan status dengan cara membandingkan dengan standar yang telah ditentukan. Yang termasuk kedalam metode ini adalah, survey sekolah, job analysis, analisisis dokumen, publik opinion, survey, dan komuinti.
Metode yang digunakan adalah metode kunjungan pendidikan atau “source visitor”, yaitu dengan mengundang seserang dalam masyarakat ke sekolah untuk dijadikan sumber pengajaran. Sebaliknya kita dapat meggunakan metode lainnya ialah dengan mengunjunginya dengan tehnik interview atau tehnik observasi.kedua tehnik ini biasa tercakup dalam metode survey.
Dalam kaitannya dengan survey masyarakat, metode interview di laksanakan bersama sama oleh beberapa siswa dalam panitia khusus. Sebagai metode, interview dijalankan secara expert dan melalui presedur tanya jawab.
Dengan wawancara tersebut, siswa memperoleh sendiri perihal kehidupan masyarakat,nilai-nilai, tujuan –tujuan dan sebagainya yang langsung menarik perhatian mereka. Kunjungan langsung seseorang akan langsung memberikan manfaat dimana sisiwa dapat melihat proses kehidupan masyarakat. Selain itu, dapat pula menyelidiki antara insan atau human relations, kecakapan-kecakapan sosial dan menambah kematangan dalam pengalaman.[13]


6. Proyek pelayanan terhadap masyarakat
“Service project” berarti memberikan pengabdian atau pelayanan kepada masyarakat. Melalui berbagai kegiatan sekolah,masyarakat langsung dapat merasakan manfaat,keuntungan tertentu, masyarakat bukan hanya memperbaiki dan membantu program sekolah,tetapi juga dibantu dan diperbaiki oleh sekolah.
Contoh konkritnya adalah pelayanan kesehatan(puskesmas sekolah untuk umum), mengadakan kerja bakti lingkungan sekitar, membantu para petani menanam benih di sawah, dan lain-lain.
Contoh lain adalah adanya” bimbungan pendidikan dan pekerjaan” yang sudah diterapkan di seluruh dunia. Dalam hal ini siswa dan mahasiswa dapat berpartisipasi sebagai pembimbing. Manfaatnya adalah meningkatkan mutu pengalaman secara langsungr ealitas masyarakat, penyadaran penuh siswa terhadap keuntungan sosial, mempelajari cara mengaktifkan bakat terpendam dalam masyarakat,latihan kerjasama dengan orang dewasa dalam memecahkan suatu permasalahan.[14]


7. Berkemah
Berkemah dapat diketegorikan sebagai kegiatan sekolah. Program ini dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan siswa dalam mengikuti perkembangan masyarakat yang berubah secara cepat. Berkemah akan mengembangkan pemahaman atas benda-benda, peristiwa-peristiwa, lingkungan sosial, dan lingkungan alam yang realistis dan konkrit. Pelaksanaannya sering di adakan di hari libur agar tidak mengganggu kegiatan belajar lainnya(diluar jam sekolah).
Dalam perkemahan ini siswa dilatih kemandirian, kreatif, kedisiplinan, kekuatan fisik, keberanian dan lainnya. Seperti memasak,membuet rumah dari tenda, mencari jejak, menelusuri hutan, baksos, bermain tali temeli, permainan sandi, dan sebagainya,yang kesemuanya itu melatih siswa untuk belajar dengan senang dan semangat.
Suatu contoh di supercamp, keberhasilan yang sangat memuaskan terhadap motivasi, menemukan jati diri, lingkungan belajar, berfikir kreatif dan lain-lain. Sebab di supercamp semua kurikulum secara harmonis merupakan kombinasi dari tiga unsur,yaitu ketrampilan akademis, prestasi fisik, dan ketrampilan dalam hidup. Supercamp manggabungkan rasa percaya diri, ketrampilan belajar, dan ketrampilan berkomunikasi dalam lingkungan yang menyenangkan.[15]

8. Kerja pengalaman
Kerja pengalaman atau kerja lapangan ini memungkinkan siswa memperoleh pengalaman praktis sebagai persiapan untuk hidup di dalam masyarakat kelak. Kerja pengalaman bermaksud untuk memberikan kesempatan kepada siswa melakukan aktifitas dalam kondisi aktual, atau dengan kata lain kerja lapangan dilakukan para siswa untk memperoleh ketrampilan dan kecakapan khusus. Misalnya, siswa SMK diterjunkan ke perusahaan untuk mempelajari dan mempraktekkan pembukuan, akuntansi dan lain-lain.Mahasiswa fakultas tarbiyah IAIN Walisongo misalnya mengadakan program PPL,yang dilakukan dengan mengajar langsung di sekolah-sekolah SLTP maupun SMA, dan lain-lain.
Hal ini ada relevansinya dengan gaya belajar “model kolb” . menurut model ini , belajar berlangsung melalui 4 tahapan atau fase :
a. Individu memperoleh pengalaman langsung dan konkrit.
b. Mengembangkan observasinya dan memikirkan atau merefleksikannya.
c. Dari itu di bentuk generalisasi dan Abstraksi.
d. Implikasi yang diambil dari konsep dan itu di jadikannya sebagai pengamannya dalam menghadapi pengalaman –pengalaman baru.[16]

9. Museum
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, museum merupakan tempat untuk menyimpan barang kuno.Pengertian tentang museum telah dirumuskan oleh ICOM (International Council of Museum), yaitu museum adalah suatu lembaga bersifat tetap, tidak mencari keuntungan dalam melayani masyarakat, dan dalam perkembangannya terbuka untuk umum, yang berfungsi mengawetkan, mengomunikasikan, dan memamerkan barang-barang pembuktian manusia dan lingkungan untuk tujuan pengkajian, pendidikan, dan kesenangan


Semua jenis museum memiliki fungsi yang sama yaitu (1) tempat pendidikan luar sekolah yang berkaitan dengan koleksi yang ada di museum, (2) pusat informasi dan penelitian, (3) sarana untuk memberikan gambaran tentang koleksi bahan-bahan yang menarik dan insutitsional, (4) media pembelajaran bidang studi tertentu, dan (5) sebagai objek karyawisata .
Dalam dunia pendidikan, museum memiliki peranan sebagai media pembelajaran. Peranan museum sebagai media pembelajaran disebabkan fungsi museum yang memberikan informasi konkret kepada masyarakat dalam hal ini siswa dan guru. Dalam pembelajaran sejarah, museum merupakan tempat ideal sebagai sumber informasi kesejarahan. Hal ini dikarenakan dalam museum terdapat banyak benda yang dapat dijadikan sebagai media pembelajaran yang berfungsi sebagai sarana peningkatan pemahaman terhadap peristiwa sejarah bagi pelajar.[17]


IV. ANALISIS
Studi masyarakat adalah menggunakan masyarakat dan atau lingkungan sebagai media belajar dan siswa itu sendiri sebagai subjek atau pelaku yang akan belajar. jadi dalam studi masyarakat, siswa diharapka mampu belajar dari masyarakat dan memperolaeh informasi darinya sekaligus dapat mempraktekkan langsung ilmu yang telah didapatkan sebelumnya. Sehingga dalam studi masyarakat ada semacam hubungan timbal balik yang saling memberikan manfaat san saling menguntungkan baik bagi siswa sebagai subjek belajar dan bagi masyarakat sebagai media belajar. Jadi, studi masyarakat sangat berbeda jauh dengan pendidikan masyarakat. Jika, dalam studi masyarakat yang belajar adalah siswa dengan masyarakat sebagai media, sedangkan studi masyarakat yang belajar adalah masyarakat itu sendiri, misalnya masyarakat diberi bimbingan dan pengarahan terhadap sesuatu.
Banyak jalan yang dapat ditempuh dalam rangka menerapkan studi masyarakat sebagai media pendidikan atau media belajar.kita awali dari keluarga. Keluarga merupakan komunitas terkecil dari masyarakat. Dari keluargalah pertama aklinya seorang anak yang dalam halini dapat diibaratkan sebagai siswa atau calon siswa belajar untuk pertama kalinya dengan bimbingan dan petunjuk orang tua mereka. Sehingga latar belakang kehidupan dan khususnya pendidikan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pendidikan dalam keluarga itu sendiri. Dalam lingkungan keluarga seorang anak dipersiapkan untuk menjalani tahapan selanjutnya. Berlanjut ke Sekolah., Sebagai media belajar sekolah sangat efektif dalam berperan serta mendidik siswa. Karena sekolah merupakan sebuah lembaga yang terkoordinir dan terstruktur secara rapi dan jelas. Namun, yang sangat dan paling berperan penting disini adalah guru. Jika dalam keluarga latar belakang kehidupan orang tua sangat begpengaruh, maka di sekolah latar belakang kehidupan guru lah yang sangat berpengaruh. Sebab guru di sekolah sebagai sosok sekaligus tokoh sentral yang langsung berhadapan dan membimbing siswa setiap harinya. Selanjutnya Pondok Pesantren, pondok pesantren pada dasarnya tidak jauh berbeda dengan sekolah, namun hanya sedikit terfokus pada pengetahuan keagamaan. Bahkan sekarang ini sudah banyak pondok pesantren yang mengembangkan kurikulum yang terpadu, sehingga antara pengetahuan umum dan agama sudah seimbangm dan pada masa ini lembaga seperti inilah yang banyak di gemari dan di cadi-cari oleh masyarakat. Di pondok pesantren para santri berlatih mandiri, kerjasama dan menanamkan sikap peduli terhadap sesama santri pada klhususnya. Peran kyai dan para ustadz sangat menentukan keberhasilan studi di pondok pesantren. Selanjutnya karya wisata. Bukan asal karya wisata yang saya maksud. Karya wisata yang dapat dikategorikan sebagai media belajar adalah karya wisata yang ada hubungannya langsung dengan mata pelajaran atau kurikulum yang akan di pelajari. Karya wisata disini juga dapat diartikan sebagai kunjungan terhadap masyarakat guna mempelajari proses sosial yang terjadi di masyarakat sehingga siswa langsung berperan didalamnya. Selanjutnya Survey Masyarakat. Yang dimaksudkan disini adalah melibatkan masyarakat dalam proses pendidikan. Metode yang digunakan adalah kunjungan pendidikan, yaitu mengundang seseorang atau beberapa orang ke sekolah sebagai nara sumber dalam belajar siswa. Atau sebaliknya, siswa datang ke masyarakat untuk mengadakan interviw atau menggunakan tehnik observasi. Studi maeyarakat yang lain adalah Berkemah. Berkemah tidak serta merta diartikan sebagai kegiatan refresing belaka, namun jika kita mau mencermati juga ada hikmah yang dapat diambil dari kegiatan ini, diantaranya siswa dapat berlatih mandiri, mengasah kreatifitas dengan berbagai permainan yang sangat mendidk seperti tali temali dan morse, melatih kerjasama, melatih kesisiplinan terutama yang berhubungan dengan urusan mengurus diri pribadi masing masing, dan masih banyak manfaat lainnya. Ada juga Kerja Pengalaman. Dalam hal ini siswa terjun langsung kelapangan untuk mempraktekkan ilmu yang di dapatkan sekaligus siswa aan mendapatkan kecakapan dan ketrampilan khusus dari maeyarakat itu. Contoh konkretnya adalah pelaksanaan PPL di sekolah atau instansi instansi yang terkait langsung dengan jurusan yang di tekuni para siswa.


V. KESIMPULAN
Studi masyarakat sebagai media pendidikan adalah menjadikan fenomena fenomena yang ada di masyarakat seperti gejala-gejala sosial, perilaku-perilaku masyarakat dan yang lainnya di jadikan sebagai media dan sumber pembelajaran. Jadi, dengan studi masyarakat siswa mendapatkan bekal sejak dini untuk mempersiapkan diri terjun kemasyarakat.
Media-media yang saya maksudkan di atas di antaranya adalah pondok pesantren, karya wisata, survey masyarakat, berkemah, kerja pengalaman dan media media lain yang telah saya sebutkan diatas. Dengan metode metode tersebutlah siswa mempelajari dan mengambil menfaat yang nantinya akan di praktekkan di masyarakat.
Masing masing dari model-model studi masyarakat di atas mempunyai kelebihan dan kelemahan masing-masing.


V. PENUTUP
Demikianlah makalah yang dapat saya sampaikan , mudah-mudahan makalah yang simple ini dapat memberikan manfaat yang maksimal bagi kita semua.
Saya pribadi mohon maaf apabila dalam penulisan, penyampaian maupun presentasi makalah kali ini terdapat kesalahan baik yang saya sengaja maupun tidak.
Ahirnya , sekian dari saya. Wabillahittaufiq walhidayah. Wassalamu’alaikum W.r.W.b

DAFTAR PUSTAKA
Haedari, H.Amin.2007. Transformasi Peasntren, Jakarta: Media Nusantara
HS, Mastuki, El-sha, M. Ishom. 2006. Intelektualisme Pesantren, Jakarta: Diva Pustaka,
Sagala,Syaiful, 2003,konsep dan makna pembelajaran, Bandung: CV. Alfabeta
Said H.M., 1989,ilmu pendidikan, Bandung: PT. Alumni,
Syukur ,Fatah, 2008 ,Teknologi Pendidikan,Semarang : Rasail,
http://www.psb-psma.org/content/blog/pemanfaatan-museum-situs-patiayam-sebagai-media-pembelajaran, 15/11/2010/ 11:13
http://organisasi.org/pengertian-masyarakat-unsur-dan-kriteria-masyarakat-dalam-kehidupan-sosial-antar-manusia,12/11/2010/10:47
http://ichwanmuis.com/?p=1675 ,08/12/2010/ 08:45
http://unnes.info/catatan-perjalanan/konsep-sekolah-alam09/12/2010/ 20: 25


















[1] Fatah Syukur, teknologi pendidkan, (Semarang: Rasail, 2008) slm 108
[2]http://organisasi.org/pengertian-masyarakat-unsur-dan-kriteria-masyarakat-dalam-kehidupan-sosial-antar-manusia,12/11/2010/10:47
[3] Fatah Syukur, Op cit,
[4] H.M, Said., 1989,ilmu pendidikan, Bandung: PT. Alumni
[5] http://ichwanmuis.com/?p=1675/08/12/2010/08:45
[6] H.M. Said, op.cit. hlm 167
[7] http://unnes.info/catatan-perjalanan/konsep-sekolah-alam/09/12/2010/20:25
[8], Mastuki HS, El-sha, M. Ishom. 2006. Intelektualisme Pesantren, Jakarta: Diva Pustaka
[9] H Amin, Haedari.2007. Transformasi Peasntren, Jakarta: Media Nusantara
[10] http://soloraya.net/blog/2010/05/01/pentingnya-santri-pesantren-terjun-ke-masyarakat
[11] Fatah Syukur, Op.cit ,hlm 111
[12] Syaiful,Sagala, 2003,konsep dan makna pembelajaran, Bandung: CV. Alfabeta
[13] Fatah syukur,op.cit, hlm 112
[14] Ibid, hlm 113
[15] Ibid, hlm 114
[16] Ibid, hlm 115
[17]
http://www.psb-psma.org/content/blog/pemanfaatan-museum-situs-patiayam-sebagai-media-pembelajaran, 15/11/2010/ 11:13

Selasa, 23 November 2010

PENDIDIKAN ISLAM PADA MASA BANI UMAYYAH

I.    PENDAHULUAN
Bani Umayyah adalah penerus Khalifah Ali bin Abi Thalib. Pada masa ini  pendidikan mulai berkembang secara pesat meneruskan pendidikan  pada zaman Rasulullah dan juga khulafaur rasyidin. Ini disebabkan karena wilayah Negara Islam yang semakin luas.
Masa bani Umayyah di awali dari pemerintahan Muawiyah bin Abi Sufyan. Dalam mengendalikan pemerintahannya,Muawiyah hampir memusatkan seluruh perhatianya kepada masalah politik dan keamanan. Percaturan politik dan gerakan – gerakan militer yang terjadi pada masa ini, baik dalam usaha perluasan wilayah Islam maupun dalam menghadapi pemberontakan – pemberontakan, menimbulkan pertumbuhan dan perkembangan dalam bidang alam pikiran serta ilmu pengetahuan. Sehingga muncullah para ulama’ yang mengembangkan ilmu – ilmu di segala bidang baik ilmu umum maupun ilmu agama. Pada makalah ini akan kami jabarakan sistematika pendidikan Islam pada masa Bani Umayyah dan seluk beluknya.
II.    RUMUSAN MASALAH
A.    Bagaimana Sistem Pendidikan Islam pada Masa Bani Umayyah?
B.    Bagaimana Pemikiran Pendidikan Islam pada Masa Bani Umayyah?
C.    Ilmu Pengetahuan Apa Saja yang Berkembang dan Siapa Saja Tokoh – Tokohnya?
D.    Apa Sarana dan Prasarana nya ?
III.    PEMBAHASAN
A.    Sistem Pendidikan Islam pada Masa Bani Umayyah.
Pada periode Daulah Bani Umayyah terdapat dua jenis pendidikan yang berbeda sistem dan kurikulumnya, yaitu pendidikan khusus dan pendidikan umum. Pendidikan khusus adalah pendidikan yang diselenggarakan dan diperuntukkan bagi anak – anak Khalifah dan anak – anak para pembesarnya. Kurikulumnya diarahkan untuk memperoleh kecakapan memegang kendali pemerintahan, atau hal- hal yang ada sangkut pautnya dengan keperluan dan kebutuhan pemerintahan.
Adapun rencana pembelajaran bagi sekolah ini adalah menulis dan membaca Al – Quran dan Hadist, bahasa Arab dan syair – syair yang baik, sejarah bangsa arab dan peperangannya, adab kesopaan dalam perilaku pergaulan, pelajaran – pelajaran keterampilan menggunakan senjata, menunggang kuda dan kepemimpinan berperang. Tempat pendidikan berada dalam lingkungan istana. Guru – gurunya ditunjuk oleh Khalifah dengan mendapat jaminan hidup yang lebih baik.
Sedangkan pendidikan umum adalah pendidikan yang diperuntukan bagi rakyat biasa. Pendidikan ini merupakan lanjutan dari pendidikan yang telah dilaksanakan sejak zaman Nabi masih hidup, beliau merupakan sarana pendidikan yang sangat penting bagi kehidupan Islam. Pada masa Khulafaur Rasyidin dan  Bani Umayyah sebenarnya telah ada tingkat pengajaran dalam pendidikan, hampir seperti masa sekarang. Tingkat pertama ialah Khuttab, tempat anak – anak belajar menulis dan membaca atau menghafal Al-Quran serta belajar pokok – pokok agama Islam. Setelah tamat Al- Quran mereka meneruskan pelajaran ke masjid. Pelajaran di masjid itu terdiri dari tingkat menengah dan tingkat tinggi. Pada tingkat menengah gurunya belumlah ulama besar, sedangkan pada tingkat tinggi gurunya sudah ulama yang mashur ilmu nya, kealimannya serta kesholehannya.
Umumnya pelajaran diberikan guru kepada muridnya satu – persatu, baik di khuttab atau di masjid pada tingkat menengah. Pada tingkat tinggi pelajaran diberikan oleh guru dalam satu Khalaqah dan dihadiri oleh seluruh pelajar. Yang bertanggung jawab terhadap kelancaran jalannya pendidikan ini adalah para Ulama, merekalah yang memikul tugas mengajar dan memberikan bimbingan serta pimpinan kepada rakyat. Mereka bekerja atas dasar kesadaran dan keinsyafan moral serta tanggung jawab agama, bukan atas dasar pengangkatan dan penunjukkan pemerintah. Karena itu mereka tidak memperoleh jaminan hidup( gaji ) dari pemerintah.
Tujuan dari kedua pendidikan tersebut akan diperoleh kesimpulan bahwa, yang pertama bertujuan untuk memperoleh ilmu pengetahuan dan hakikat kebenaran yang ditunjang oleh keyakinan agama. Adanya perbedaan tujuan pendidikan menunjukkan adanya perbedaan pandangan hidup. Yang pertama menghasilkan pimpinan formal yang didukung oleh jabatan kenegaraan dengan wibawa kekuasaan. Sedang yang kedua menghasilkan pimpinan informal yang didukung oleh charisma dan ilmu pengetahuan.
B.    Pemikiran Pendidikan Islam pada Zaman  Bani Umayyah.
Hal yang baru pada zaman ini adalah kestabilan politik yang dinikmati oleh negeri – negeri Islam. Akibatnya orang – orang Islam dapat mengarahkan perhatian nya kepada kebudayaan, ilmu pengetahuan, dan peradaban – peradaban yang dijumpainya di negeri – negeri yang ditaklukan. Dalam waktu yang sama mereka memberi perhatian besar pada Ilmu bahasa, sastra, dan agama untuk memeliharanya dari fikiran – fikiran luar. Dalam hal memilih antara fikiran – fikiran luar dari negeri yang ditaklukan dan fikiran Islam tulen, orang islam  lebih mengutamakan fikiran dan ilmu yang asli dan budaya yang asli. Oleh sebab itu orang – orang Umayyah terkenal fanatik kepada arab dan Islam, sekalipun mereka orang politik dan pemerintahan, bukan ahli – ahli Ilmu dan agama. Tetapi fanatik arab dan islam disini merupakan tingkah laku politik bukan tingkah laku Agama.
Jadi zaman Umayyah, dari segi pemikiran pendidikan, adalah kelanjutan pemikiran pendidikan pada zaman Rasulullah SAW dan zaman Khulafaur Rasyidin.  Pemikiran pendidikan yang berasal dari luar sangat terbatas.
Pemikiran – pemikiran pendidikan pada zaman Umayyah ini nampak dalam bentuk nasihat  para Khalifah kepada para pendidik anak – anaknya, yang termuat dan hampir memenuhi b uku – buku sastra, yang menunjukkan bagaimana teguhnya mereka berpegang pada tradisi arab dan Islam.
Pemikiran pendidikan Islam pada zaman Umayyah ini juga tersebar pada tulisan – tulisan para ahli nahwu, sastra, hadits dan tafsir. Pada zaman ini para ulama mulai mencatat ilmu –ilmu bahasa, sastra dan agama untuk menjaganya supaya tidak diselundupi fikiran – fikiran lain dan perubahan – perubahan yang merusak, yang tanda – tandanya sudah banyak terlihat pada waktu itu.
Diantara para penulis dan ulama dizaman ini, yang kita dapati pada tulisan dalam pemikiran pendidikan adalah Abdul  Hamid Yahya al – Khatiib yang mulanya adalah guru yang kemudian menaiki jenjang yang lenih tinggi sampai menjadi menteri, sehingga ia terbunuh di tangan golongan Abasiyah.
Jadi Al – Quran dan sunnah adalah kerangka idiologi yang mengatur pemikiran pendidikan yang tampak pada nasehat para Kholifah kepada para pendidik anak – anaknya dan pada tulisan para penulis tanpa diselundupi oleh pemikiran asing. Walaupun ada percobaan untuk menerjemahkan pemikiran ini, yang sebenarnya sudah mulai pada pertengahan zaman ini.
C.    Ilmu – Ilmu yang Berkembang dan Para Tokohnya.
Ilmu pengetahuan pada zaman Bani Umayyah memperoleh kesempatan untuk berkembang. Pada umumnya zaman ini merupakan masa tunas dari  Ilmu, baik ilmu agama maupun ilmu – ilmu lainnya yang ada dalam zaman itu. Sebagaimana telah dimaklumi perkembangan ilmu agama dengan segala alat ilmu pembantunya didukung oleh faktor – faktor perluasan wilayah Islam kedaerah yang beraneka ragam kultural antrophologinya, berbeda – beda sosial budaya dan kepercayaan serta pandangan hidupnya.
Rasa haus kaum muslimin terhadap ilmu pengetahuan jelas nampak dalam usahanya mengembangkan ilmu agama dan bahasa, disamping itu perhatian mereka terhadap perpustakaan telah mulai muncul. Mereka juga dihadapkan pada ilmu – ilmu lama yang telah dimiliki bangsa – bangsa yang sudah berkebudayaan dan berperadaban tinggi, hal ini membangkitkan kegiatan usaha menerjemahkan buku – buku ilmu pengetahuan Yunani, Qibti, Persia dan India kedalam bahasa Arab. Prof Dr A Syalabi mengemukakan bahwa : “ Para penerjemah telah mendapat kedudukan dalam bidang penerjemahan semenjak didirikan perpustakaan yang pertama kali didunia Islam”. Menurut Kurd Ali orang yang pertama kali mendirikan perpustakaan ialah Khalid ibn Yazid. Beliau mencurahkan perhatiannya terhadap buku – buku dalam ilmu kimia, kedokteran dan ilmu bintang. Beliau diberi gelar “ Seorang ahli filsafat dari keluarga marwan “.
Pada masa Bani Umayyah perkembangan ilmu tafsir dan hadist juga sangat maju. Ulama –ulama yang terkenal pada masa itu adalah :
1.    Ulama – ulama tafsir.di antaranya :
a)    Abdullah bin Abbas
b)    Abdullah bin Mas’ud
c)    Ubaiyah bin Ka’ab
2.    Ulama – ulama Hadist
a)    Abdullah bin Umar ( 2210 hadist )
b)    Abdullah bin Abbas ( 1500 hadist )
c)    Jabir bin Abdullah ( 1500 hadist )
d)    Anas bin malik ( 2210 hadist )
3.    Ulama – ulama fiqih
a)    Zaid bin Tsabit
b)    Ubay bin Kaab
c)    Muadz bin jabal
d)    Abdullah bin Masud
e)    Abu Musa bin al-asyari
Untuk menafsirkan Al-Qur’an dan mempelajari Hadits diperlukan penguasaan ilmu bahsa (philology) dan ilmu tentang arti kata dan asal kata (leksikografi). Dalam Concise Encyclopedia of Arabic Civilization terdapat keterangan bahwa, yang pertama menyusun tata bahasa (gramatika) Arab adalah Abul Aswad Ad Duali, dengan maksud untuk memelihara kemurnian lafal bacaan Al – Quran dan pemahaman ayat – ayatnya. Ia mengajar gramatika bahasa arab di Basrah, hingga ia dianggap sebagai pendiri madzhab gramatika Basrah. Selain itu ia juga telah memperkenalkan tanda – tanda bunyi tulisan Arab yang sebelumnya tidak dikenal orang pada waktu itu. Dengan tersusunnya gramatika ini, maka bahasa arab makin cepat tersiar hingga memberikan kesempatan untuk menjadi bahasa Lingua Franca dalam wilayah Daulah Islam.
Pada masa Daulah Umayyah mazhab belum terbentuk, akan tetapi Ulama mujtahid telah banyak seperti Al – Auza’iy dan lain – lain. Pada akhir masa Umayyah lahirlah dua orang imam mujtahid di antara imam yang berempat yaitu
1.    Imam Abu Hanifah di Irak ( lahir 80 H. = 699 M )
2.      Imam Malik bin Anas di Madinah, ( lahir 86 H = 714 M )
D.    Sarana dan Prasana Pendidikan
1.    Khuttab sebagai lembaga pendidikan dasar.
Khuttab atau maktab, berasal dari kata dasar kataba yang berarti menulis atau tempat menulis. Jadi khuttab adalah tempat belajar menulis. Sebelum datangnya Islam khuttab telah ada di negeri arab, walaupun belum banyak dikenal.
Sebenarnya Khuttab ini telah ada sejak zaman jahiliyah, yaitu tempat belajar membaca dan menulis bagi anak –anak, hanya saja kurang mendapat perhatian. Hingga pada saat Islam lahir, orang Quraisy yang telah pandai membaca dan menulispun baru 17 orang saja. Dari Khuttab ini anak – anak diberi pelajaran secara perorangan.
Muawiyah yang pernah menjadi anggota dewan penulis wahyu pada zaman Nabi di Madinah, sangat besar perhatiannya terhadap pendidikan anak – anak. Mereka diberi pelajaran membaca dan menulis, berhitung, olahraga dan sedikit Al- Quran serta pokok – pokok dasar aqidah dan kewajiban agama. Pada  masa khalifah Abdul Malik bin Marwan dan Alwalid ibn Abdil Malik, peranan khuttab sangat penting. Saat ini administrasi pemerintahan telah mulai diterjemahkan dalam bahasa arab.
Sebagai lembaga pendidikan dasar, Khuttab telah disebar di seluruh wilayah Islam, tumbuh dan berkembang tanpa campur tangan dari pemerintah. Meurut Prof Dr A Syalabi : “ Khuttab dari jenis ini sebagai suatu rumah perguruan untuk umum, adalah hasil perkembangan dari pendidikan putra Raja – raja dan para pembesar di istana mereka.”.
Rencana pembelajaran di khuttab ( pendidikan dasar )
a)    Membaca Alquran dan menghafalnya.
b)    Pokok – pokok agama islam, seperti cara berwudhu, shalat, puasa dsb.
c)    Tulis Menulis
d)    Kisah atau riwayat orang – orang besar  Islam.
e)    Membaca dan menghafal syair – syair atau  Nasar ( prosa )
f)    Berhitung
g)    Pokok – pokok nahwu dan shorof ala kadarnya.
2.    Masjid
Semenjak berdirinya di zaman Nabi Muhammad SAW masjid telah menjadi pusat kegiatan dan informasi berbagai masalah kehidupa kaum muslimin. Ia menjadi tempat bermusyawarah, tempat mengadili perkara, tempat menyampaikan penerangan agama dan informasi lainnya dan tempat menyelenggarakan pendidikan, baik bagi anak – anak maupun orang dewasa. Kemudian pada masa Khalifah Bani Umayyah berkembang fungsinya sebagai tempat pengembangan ilmu pengetahuan, terutama yang bersifat keagamaan. Para ulama banyak  mengajarkan ilmunya di masjid.
Peranan masjid sebagai pusat pendidikan dan pengajaran senantiasa terbuka lebar bagi setiap orang yang merasa dirinya cakap dan mampu untuk memberikan dan mengajarkan ilmunya kepada orang yang haus akan ilmu pengeta huan. Setelah pelajaran anak–anak di khuttab berakhir, mereka melanjutkan pendidikannya ketingkat menengah yang dilakukan di masjid.
Dalam masjid terdapat dua tingkatan sekolah : tingkat menengah dan  tingkat perguruan tinggi. Pelajaran yang diberikan dalam tingkat menengah dilakukan secara perorangan. Sedang pada tingkat perguruan tinggi di lakukan secara halaqah, murid duduk bersama mengelilingi gurunya yang memberikan pelajaran kepada mereka. Di tingkat menengah diberikan mata pelajaran Alquran dan tafsirnya , hadits dan fiqih. Sedang pada tingkat perguruan tinggi di berikan pelajaran tafsir, hadist, fiqih dan syariat Islam. Pendidikan dalam masjid ini memberlakukan prinsip – prinsip pesamaan kesempatan kepada setiap muslim yang hendak menuntut ilmu pengetahuan tanpa membeda – bedakan status sosial ekonomi murid.
Rencana pembelajaran tingkat menengah
Pada umumnya rencana pembelajaran tersebut meliputi mata pelajaran – mata pelajaran yang bersifat umum, sebagai berikut :
a.    Alquran
b.    Bahasa Arab dan kesusastraan- nya.
c.    Fiqih
d.    Tafsir
e.    Hadits
f.    Nahwu atau shorof atau balaghah.
g.    Ilmu – ilmu pasti
h.    Mantiq
i.    Ilmu Falaq
j.    Tarikh ( sejarah )
k.    Ilmu – ilmu alam.
l.    Kedokteran
m.    Musik
Rencana pembelajaran pada pendidikan tinggi.
Pada umumnya rencana pembelajaran pada perguruan tinggi Islam, dibagi menjadi dua jurusan, yaitu :
a.    Jurusan ilmu – ilmu agama dan bahasa serta sastra arab, yang juga disebut sebagai ilmu – ilmu naqliyah, yang meliputi :
1). Tafsir Al quran
2.) Hadits
3.) Fiqih dan Ushul Fiqih
4.) Nahwu atau sharaf
5)  Balaghah
6.) Bahasa arab dan kesusastraannya.
b.    Jurusan  ilmu – ilmu umum, yang disebut sebagai ilmu aqliyah meliputi:
1)    Mantiq
2)    Ilmu alam dan kimia
3)    Musik
4)    Ilmu Pasti
5)    Ilmu ukur
6)    Ilmu falak
7)    Ilmu ilahiyah ( ketuhanan )
8)    Ilmu hewan dan tumbuhan
9)    Ilmu kedokteran

IV.    KESIMPULAN
Pada  periode Daulah Bani Umayyah terdapat dua jenis pendidikan yang berbeda sistem dan kurikulumnya, yaitu pendidikan khusus dan pendidikan umum. Pendidikan khusus , diperuntukkan khusus bagi putra-putra raja dan para pembesarnya. Pendidikan umum adalah pendidikan yang diperuntukan bagi rakyat biasa. Pendidikan ini merupakan lanjutan dari pendidikan yang telah dilaksanakan sejak zaman Nabi masih hidup,
Pemikiran – pemikiran pendidikan pada zaman Bani Umayyah ini nampak banyak dalam bentuk nasihat  para Khalifah kepada para pendidik anak – anaknya, yang memenuhi buku – buku sastra, yang menunjukkan bagaimana teguhnya mereka berpegang pada tradisi arab dan Islam.
Pemikiran pendidikan Islam pada Zaman Umayyah ini tersebar pada tulisan – tulisan para ahli nahwu, sastra, hadits dan tafsir. Pada zaman ini para ahli itu mulai mencatat ilmu –ilmu bahasa, sastra dan agama untuk menjaganya supaya tidak diselundupi fikiran – fikiran lain dan perubahan – perubahan yang merusak, yang pada masa itu telah nampak tanda tanda yang mengarah kesana..
Pada umumnya zaman ini merupakan masa tunas dari pada Ilmu, baik ilmu agama maupun ilmu – ilmu lainnya yang ada pada zaman itu. Sebagaimana telah dimaklumi perkembangan ilmu agama dengan segala alat ilmu pembantunya didukung oleh faktor – faktor perluasan wilayah Islam ke daerah yang beraneka ragam kultural antrophologinya, berbeda – beda sosial budaya dan kepercayaan serta pandangan hidupnya.
Beberapa Sarana dan prasarana dalam pendidikan masa Bani Umayyah adalah Khuttab dan masjid. Di khuttab diajarkan tingkat pendidikan dasar, sedangkan di masjid di ajarkan tingkat menengah dan tinggi.
V.    PENUTUP
Demikianlah makalah  yang dapat kami sampaikan, kami sadar bahwa makalah   ini jauh dari kesempurnaan. Untuk itu kritik dan saran yang konstruktif sangat kami harapkan demi perbaikan makalah selanjutnya dan semoga makalah  ini bermanfaat bagi kita semua. Amin















DAFTAR PUSTAKA

Karim, M.Abdul , Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam, Yogyakarta: Pustaka Book Publisher,2007
Langgulung, Hasan, Asas – asas Pendidikan Islam, Jakarta:Pustaka Alhusna,1988.
Soekarno, Sejarah dan filsafat Pendidkan Islam, Bandung : Angkasa, 1990
Yunus, Mahmud, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Hidakarya Agung, 1990
Zuhairini,dkk, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Proyek Pembinaan Sarana dan Prasarana Perguruan Tinggi Agama / IAIN, 1986.